Kamis, 27 November 2014

TERM DALAM PENGGUNAAN BAHASA


Klasifikasi Term


       Dalam logika term dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa aspek, yaitu: Berdasarkan jumlah kata, luas, sifat, dan penggunaan arti.

                  a. Berdasarkan jumlah kata 
Ditinjau dari segi jumlah kata, term dapat dikelompokkan atas dua macam, yaitu term tunggal dan majemuk.
(1) Term tunggal adalah term yang terdiri dari satu kata saja, misalnya: manusia, binatang, rumah, gunung, pohon, dan sebagainya.
(2) Term majemuk adalah term yang terdiri dari dua kata atau lebih (beberapa kata), misalnya: kantor pos, rumah makan, jalan raya, arena balap sepeda, toko serba ada, dan sebagainya.

                   b. Berdasarkan luas
Dari segi luas, term dapat dikenal dalam tiga jenis, yaitu term singular, term partikular, dan term universal.
(1) Term singular adalah term yang menunjukkan dengan tegas satu benda, satu individu, atau satu realitas tertentu, misalnya: Pak Amir, Jakarta, gunung Merapi, gadis tercantik di desa ini, danau itu, dan sebagainya.
(2) Term Partikular adalah term yang menunjukkan hanya sebagian dari seluruh luasnya; sekurang – kurangnya satu, dan yang satu itu tidak tertentu, misalnya: beberapa gedung, banyak pengunjung, tidak semua peserta, seorang pelajar, sebuah mangga, dan sebagainya.
(3) Term Universal adalah term yang menunjukkan seluruh luasnya tanpa ada yang dikecualikan, misalnya: semua dokter, setiap desa, tak seekor pun, tak ada orang jawa, dan sebagainya.

                   c. Berdasarkan sifat
Menurut sifatnya, term dapat dibedakan atas dua macam, yaitu term distributif dan term kolektif.
(1) Term Distributif
Suatu term disebut term distributif apabila pengertian yang terkandung dalam term tersebut dapat dikenakan kepada semua anggota atau individu yang tercakup didalamnya, satu demi satu tanpa kecuali. Term manusia, misalnya bersifat distributif sejauh pengertian ‘manusia’ itu terkena pada setiap individu atau siapa saja (Anton, Clara, Basuki, Lina, Suzy, dan seterusnya) yang berada dalam lingkup pengertian ‘manusia’. Begitu juga term binatang contohnya: kambing, kuda, sapi, bebek, ular, buaya, dll. Contoh lima proposisi memiliki term subyek yang bersifat distributif (manusia, ikan, ular, mobil, kambing).  Ada juga contoh lima proposisi memiliki term subyek yang bersifat distributif (Orang Batak, wanita Solo, petani Jawa, pria Bugis, dan anak dokter).

(2) Term kolektif 
Suatu term disebut term kolektif apabila pengertian yang terkandung dalam term tersebut tidak dapat dikenakan kepada anggota – anggota atau individu – individu yang tercakup di dalamnya satu demi satu melainkan kepada kelompok sebagai suatu keseluruhan. Term keluarga, misalnya, bersifat kolektif karena pengertian ‘keluarga’ tidak menunjuk pada anggota – anggota atau individu – individu yang berada dalam lingkup pengertian ‘keluarga’, melainkan pada keluarga itu sendiri sebagai satu kesatuan kelompok atau komponen. Jadi yang dikenai pengertian ‘keluarga’ bukanlah individu – individu dalam keluarga itu, melainkan komponennya. Selain term keluarga, masih terdapat lagi sejumlah term lainnya yang bersifat kolektif, seperti: bangsa, warga, masyarakat, divisi, korps, rombongan, orkes, pasukan armada, tim, dan partai.

Selanjutnya, apabila term kolektif itu menempati posisi sebagai term subyek dalam suatu proposisi, maka untuk menentukan luasnya, perlu digunakan pedoman berikut ini:

                a) Bila term subyek terdiri dari satu term kolektif yang berdiri sendiri tanpa didahului atau diikuti kata – kata yang menunjuk pada kuantitas, maka luasnya selalu universal.
Contoh:
1) Kesebelasan adalah nama regu dalam olahraga sepakbola (dikenakan kepada semua kesebelasan).
2) Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan generasi muda (dikenakan kepada semua keluarga).
3) Orkes sangat membutuhkan kekompakan (dikenakan kepada semua orkes)


               (b) Bila term subyek yang bersifat kolektif itu secara tegas menunjuk pada satu kelompok atau satu komponen tertentu, maka luasnya adalah singular.
Contoh:
1) Keluarga Pak Lukman sedang berlibur ke luar negeri (menunjuk pada satu keluarga tertentu)
2) Tim terkuat dalam turnamen basket kali ini adalah tim “Garuda” (menunjuk pada satu tim tertentu).
3) Pasukan itu berhasil menghalau para pengacau  (menunjuk pada satu pasukan tertentu).

              (c). Berdasarkan Penggunaan arti
Suatu term atau kata dapat digunakan dalam tiga macam arti, yaitu dalam arti: univok, ekuivok, dan analog.

(1) Univok 

Suatu kata digunakan dalam arti univok bila kata tersebut digunakan untuk dua hal (realitas) atau lebih dalam satu arti yang sama. Perhatikanlah bahwa pasangan kata yang digarisbawahi dalam masing-masing contoh kalimat dibawah ini memiliki satu arti yang sama.
     a) Buku pelajaran lebih mahal harganya daripada buku novel.
     b) Wajahputeri itu mirip benar dengan wajah ibunya.
     c) Ditinjau dari segi martabatnya sebagai manusia,orang kota tidak berbeda dengan orang desa.

(2) Ekuivok

Suatu kata digunakan dalam arti ekuivok bila dengan kata tersebut dimaksudkan dua hal (realitas) yang sama sekali berbeda atau berlainan. Amatilah contoh berikut ini:  
     (d) Menuruthemat saya, cara hiduphemat merupakan cara hidup yang paling cocok dalam situasi krisis moneter dewasa ini.
     (e) Kata orang, bisa ular kobrabisadiramu sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit reumati
     (f) Informasi yang saya peroleh memang masihkabur tetapi tampaknya narapidana kelas kakap itu sudah berhasilkabur dari penjara.

(3) Analog

Suatu kata digunakan dalam arti analog bila kata tersebut digunakan untuk dua hal (realitas) dalam arti yang sama tetapi sekaligus berbeda. Kata – kata dalam arti analog ini biasanya digunakan bila orang ingin memperlihatkan kemiripan antara dua hal (analogi berarti relasi kemiripan antara dua hal) dan itu terjadi bila orang ingin membuat perbandingan antara satu hal dengan hal lainnya. Analogi itu bisa dilakukan ke arah bawah (analogi ke arah- bawah) yaitu dari manusia ke taraf bawah manusiawi atau ke arah atas (analogi- ke arah- atas) yaitu dari manusia ke taraf Tuhan. Sering kali analogi atau perbandingan ini ditampilkan dalam bentuk kiasan (metafor). Perhatikanlah bahwa pasangan kata yang digaris bawahi dalam masing – masing contoh kalimat berikut ini digunakan dalam arti analog.

          g) Getaran dawai dari alat musik yang dimainkan penyanyi itu benar – benar mencerminkan getaran  jiwanya sendiri.
          h) Kobaran api yang menghanguskan benteng pertahanan mereka membuat kobaran semangat para gerilyawan untuk terus berjuang semakin menjadi – jadi.
          I) Senyuman bulan itu mirip benar dengan senyuman gadis desa.

FILSAFAT LOGIKA


 Realitas Ontologis


Kebudayaan merupakan sejumlah karya manusia sebagai animal symbolicum, namun kebudayaan bukanlah satu-satunya realitas yang dialami oleh manusia melainkan hanyalah merupakan bagian dari keseluruhan evolusi manusia.
Karl R. Popper membedakan adanya tiga lapisan realitas atau tiga macam dunia dunia 1 meliputi segala hal fisik yang dialami manusia dengan panca indranya dan berkaitan dengan dunia obyektif mengenai benda-benda material. Dunia 2 meliputi segala kenyataan psikis yang dialami manusia dalam dirinya dan berkaitan dengan dunia subyektif mengenai pikiran-pikiran. Dunia 3 meliputi segala hasil ciptaan manusia berkaitan dengan dunia struktur-struktur obyektif.
Menurut Popper dunia 3 memegang peranan amat vital dalam ilmu pengetahuan. Popper mengakui bahwa seorang ilmuwan biasanya langsung menaruh perhatiannya kepada obyek-obyek fisik yang berarti itu diterima dari panca indranya didunia 1. Tetapi ilmuwan tersebut disadari atau tidaknya segera dipengaruhi dan di konfrontasi dengan teori, konsep atau asumsi tertentu yang tentunya berasal dari dunia 3. Karena tori-teorilah yang patut mendapat prioritas dibandingkan dengan observasi dan eksperimen dan akhirnya 2 hal itu bermuara pada hubungan-hubungan dengan masalah teoritis. 
Gagasan Popper di atas besarlah tampak bahwa dunia 3 merupakan pengaruh vital obyek kehidupan manusia. Maka kenyataan ini menjadi ciri dasar bagi Popper bahwa obyek-obyek dari dunia 3 bersifat nyata (real), asalkan realitasnya tidak disamakan dengan pohon-pohon-mobil-mobil rumah-rumah. Ciri yang kedua bagi Popper bahwa obyek-obyek dari dunia 3 itu bersifat otonom (autonomous). Penyebabnya yaitu ketika dunia 3 selesai terbentuk maka keberadaannnya tidak lagi serentak tergantung pada manusia sebagai penciptanya. Dunia 3 pun berdiri sendiri bahkan telah menjadi pola acuan bagi tingkah laku manusia, misalnya seperti bahasa yang diakui sebagai sistem perlambangan kaidah-kaidah kebebasan wajib di taati setiap manusia sebagai usaha menjalin komunikasi dengan sesama. Ciri ketiga menurut Popper bahwa dunia 3 itu tidak mengenal waktu (timeless) sebagaimana suatu kebenaran logis atau kontradiksi.
Amat berkaitan dengan otonomi dunia 3, jika kita menarik garis perbandingan antara dunia 3 binatang dengan buatannya dan dunia tiga manusia ciptaannya. Tentunya amat berbeda yang mana taraf dunia 3 binatang buatannya bersifat mutlak maksudnya setelah selesai dibangun dunia 3 binatang itu, lalu sepenuhnya tidak ada lagi ketergantungan dengan pembuatnya. Bahkan struktur dunia 3 tersebut yang mengendalikan tingkah laku binatang yang bersangkutan. 
Seperti contoh seekor burung bangau yang telah menyelesaikan pembuatan sarangnya tidak dapat berbuat apapun selain bangaunya lah yang menyesuaikan perilakunya dengan struktur sarang yang dibuatnya itu, meskipun seekor bangau tersebut merasa tidak nyaman. Maka bisa disimpulkan bahwa burung itu yang memiliki ketergantungan terhadap sarangnya.
Tidak seperti halnya kehidupan binatang, manusia sebagai pencipta dan dunia tiga ciptaaannya justru terjalin suatu relasi timbal balik dan mempunyai kolerasi, yaitu manusia dan dunia 3 memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya. Ketergantungan itu tetap nyata sejauh dunia 3 itu menjadi kerangka acuan bagi tingkah lakunya juga berfungsi sebagai pengarah dan pembentuk manusia. Sebaliknya, dunia 3 pun juga membutuhkan penciptanya selama masih membutuhkan evaluasi, olahan, koreksi, pemeriksaan, bahkan rombakan sesuai tuntutan zaman. Berarti otonomi dunia 3 manusia bersifat mutlak karena selalu ada peluang untuk direvisi bahkan bisa mengubah stuktur social yang nantinya mampu melahirkan gagasan-gagasan dan penemuan baru.