Kamis, 27 November 2014

FILSAFAT LOGIKA


 Realitas Ontologis


Kebudayaan merupakan sejumlah karya manusia sebagai animal symbolicum, namun kebudayaan bukanlah satu-satunya realitas yang dialami oleh manusia melainkan hanyalah merupakan bagian dari keseluruhan evolusi manusia.
Karl R. Popper membedakan adanya tiga lapisan realitas atau tiga macam dunia dunia 1 meliputi segala hal fisik yang dialami manusia dengan panca indranya dan berkaitan dengan dunia obyektif mengenai benda-benda material. Dunia 2 meliputi segala kenyataan psikis yang dialami manusia dalam dirinya dan berkaitan dengan dunia subyektif mengenai pikiran-pikiran. Dunia 3 meliputi segala hasil ciptaan manusia berkaitan dengan dunia struktur-struktur obyektif.
Menurut Popper dunia 3 memegang peranan amat vital dalam ilmu pengetahuan. Popper mengakui bahwa seorang ilmuwan biasanya langsung menaruh perhatiannya kepada obyek-obyek fisik yang berarti itu diterima dari panca indranya didunia 1. Tetapi ilmuwan tersebut disadari atau tidaknya segera dipengaruhi dan di konfrontasi dengan teori, konsep atau asumsi tertentu yang tentunya berasal dari dunia 3. Karena tori-teorilah yang patut mendapat prioritas dibandingkan dengan observasi dan eksperimen dan akhirnya 2 hal itu bermuara pada hubungan-hubungan dengan masalah teoritis. 
Gagasan Popper di atas besarlah tampak bahwa dunia 3 merupakan pengaruh vital obyek kehidupan manusia. Maka kenyataan ini menjadi ciri dasar bagi Popper bahwa obyek-obyek dari dunia 3 bersifat nyata (real), asalkan realitasnya tidak disamakan dengan pohon-pohon-mobil-mobil rumah-rumah. Ciri yang kedua bagi Popper bahwa obyek-obyek dari dunia 3 itu bersifat otonom (autonomous). Penyebabnya yaitu ketika dunia 3 selesai terbentuk maka keberadaannnya tidak lagi serentak tergantung pada manusia sebagai penciptanya. Dunia 3 pun berdiri sendiri bahkan telah menjadi pola acuan bagi tingkah laku manusia, misalnya seperti bahasa yang diakui sebagai sistem perlambangan kaidah-kaidah kebebasan wajib di taati setiap manusia sebagai usaha menjalin komunikasi dengan sesama. Ciri ketiga menurut Popper bahwa dunia 3 itu tidak mengenal waktu (timeless) sebagaimana suatu kebenaran logis atau kontradiksi.
Amat berkaitan dengan otonomi dunia 3, jika kita menarik garis perbandingan antara dunia 3 binatang dengan buatannya dan dunia tiga manusia ciptaannya. Tentunya amat berbeda yang mana taraf dunia 3 binatang buatannya bersifat mutlak maksudnya setelah selesai dibangun dunia 3 binatang itu, lalu sepenuhnya tidak ada lagi ketergantungan dengan pembuatnya. Bahkan struktur dunia 3 tersebut yang mengendalikan tingkah laku binatang yang bersangkutan. 
Seperti contoh seekor burung bangau yang telah menyelesaikan pembuatan sarangnya tidak dapat berbuat apapun selain bangaunya lah yang menyesuaikan perilakunya dengan struktur sarang yang dibuatnya itu, meskipun seekor bangau tersebut merasa tidak nyaman. Maka bisa disimpulkan bahwa burung itu yang memiliki ketergantungan terhadap sarangnya.
Tidak seperti halnya kehidupan binatang, manusia sebagai pencipta dan dunia tiga ciptaaannya justru terjalin suatu relasi timbal balik dan mempunyai kolerasi, yaitu manusia dan dunia 3 memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya. Ketergantungan itu tetap nyata sejauh dunia 3 itu menjadi kerangka acuan bagi tingkah lakunya juga berfungsi sebagai pengarah dan pembentuk manusia. Sebaliknya, dunia 3 pun juga membutuhkan penciptanya selama masih membutuhkan evaluasi, olahan, koreksi, pemeriksaan, bahkan rombakan sesuai tuntutan zaman. Berarti otonomi dunia 3 manusia bersifat mutlak karena selalu ada peluang untuk direvisi bahkan bisa mengubah stuktur social yang nantinya mampu melahirkan gagasan-gagasan dan penemuan baru.








Tidak ada komentar: